Pesantren Rakyat Online – Ada tiga macam sunah dalam Islam yakni sunah qauliyah, sunah fi’liyah dan sunah taqririyah. Penjelasan secara mendalam dan komprehensif tentang bab ini bisa ditemukan di banyak buku dan referensi. Namun, penulis ingin mengambil sudut pandang lain dalam menginterpretasikan sunah-sunah tersebut.
Pertama, sunah qauliyah diartikan sebagai seluruh perkataan Nabi Muhammad saw yang didengar oleh sahabat dan diteruskan oleh tabi’in. Kedua, sunah fi’liyah adalah segala sesuatu yang mencakup perbuatan yang dilakukan Nabi Muhammad saw, baik dalam ibadah, muamalah yang sekali, dua kali atau sering kali dilakukan oleh nabi. Ketiga, sunah taqririyah adalah sesuatu perbuatan yang dilakukan oleh para sahabat, dimana Nabi Muhammad saw mengetahuinya, namun beliau hanya diam saja dan tidak melarang atau menyuruhnya.
Secara fi’liyah Nabi Muhammad saw pernah ke Gunung Sinai Mesir, gunung yang memiliki ketinggian 2285 m. Gunung tersebut adalah tempat dimana Nabi Musa as saat menerima sepuluh perintah dari Allah swt. Sepuluh perintah tersebut sering dikenal dengan sebutan the ten commandements.
Kemudian, Rasulullah juga pernah pergi ke Baitul Lahmi atau Bethlehem. Waktu itu, Nabi Muhammad saw melakukan Isra’ Mi’raj dengan mengendarai buroq dan berhenti di tempat kelahiran Nabi Isa as, yang terletak di Palestina. Bethlehem berasal dari bahasa Arab yaitu bayt atau rumah dan lahm artinya daging.
Baca juga: Observational Study Pesantren Rakyat Kembangkan Konsep City in a Garden
Selain itu, Nabi Muhammad juga pernah singgah di Baitul Maqdis yang di dalamnya ada Masjidil Aqso, tempat dimana Rasulullah berangkat ke Sidratul Muntaha, langit lapis tujuh. Selanjutnya, kanjeng nabi pernah ke Yordania. Ada pohon sahabi yang pernah dibuat berteduh Nabi Muhammad saw saat perjalanan dagang bersama pamannya bernama Abu Thalib menuju Syam. Di Yordania pula, lokasi dimana ada Gua Ashabul Kahfi. Dari beberapa contoh tersebut, Nabi Muhammad saw secara fi’liyah pernah ke berbagai negara.
Kita sebagai umat Islam jelas wajib pergi ke Haramain, Makkah dan Madinah, untuk melaksanakan ibadah haji dan umroh. Selain bepergian yang wajib, kita mestinya bisa mengambil pelajaran sebagaimana Rasulullah saw pernah, bahkan sering bepergian ke luar negeri. Nabi Muhammad lahir di Makkah dan hijrah ke Madinah. Kemudian wafat juga di Madinah. Saat itu, perjalanan Makkah ke Madinah bisa tiga bulan lamanya.
Hadits Tarbawi oleh Abu Ubaidah, yang artinya kurang lebih tuntutlah ilmu ke negeri Cina karena sesungguhnya mencari ilmu itu wajib bagi seorang muslim laki-laki dan perempuan. Dan sesungguhnya para malaikat menaungkan sayapnya kepada orang yang mencari ilmu karena rida terhadap amal perbuatanya.
Hadits di atas menuntun kita untuk urusan ilmu, meningkatkan pengetahuan, peningatan teknologi, wawasan, pengalaman perlu ke mancanegara, walau negara itu jauh, ataupun negara non-muslim sekalipun. Walaupun hadits ini menurut para ulama termasuk dalam hadits dhoif, tetapi menarik untuk dikaji.
Baca juga: All Out! Pesantren Rakyat Al-Amin Berlaga di Liga Santri 2023 Malang Raya
Ada lagi hadits yang artinya barang siapa yang keluar untuk menuntut ilmu, maka ia berada di jalan Allah hingga ia pulang, (HR Tirmidzi). Dan masih banyak lagi sabda kanjeng nabi tentang pentingnya ilmu.
Kemudian yang menarik lagi adalah firman Allah swt di surat Al-Isro’ ayat 1 yang artinya: maha suci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidil Harom ke Masjidil Aqso yang telah kami berkahi sekelilingnya agar kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami, sesungguhnya dia maha mendengar, maha melihat.
Walau Nabi Muhammad saw di ayat ini dijalankan oleh Allah swt dengan kendaraan buroq, tetapi yang ingin kita tunjukkan adalah perjalanan nabi dari Masjidil Harom (Makkah) menuju Masjidil Aqso (Palestina). Di sini ada ada pelajaran bahwa Nabi Muhammad saw pergi ke luar negeri.
Dari cerita nabi-nabi lain juga banyak yang menunjukan pergi ke berbagai negara, misalnya saja Nabi Yusuf yang menjadi raja di Mesir. Nabi Musa menyeberangi lautan karena di kejar Fir’aun. Para wali pendakwah awal juga datang dari negara satu ke negara lain, sehingga Islam bisa menyebar ke seluruh negara dunia.
Baca juga: KPO SMPII-SMA Pengusaha Pesantren Rakyat Audiensi Pemilu OSIS di Kantor KPU
Maka dari itu sunah Rasulullah yang selama ini yang hanya dibuat guyon dan identik pada nikah lagi, atau berhubungan badan, perlu frasa baru yang bisa dibuat bahan jagong maton. Ungkapan pergi ke luar negeri atau belajar ke luar negeri bisa dikatakan sunah Rasulullah.
Kesadaran bahwa sekarang ada istilah desa global, dimana batas antar negara satu dan yang lain semakin tipis, baik secara aturan ataupun biaya. Jadi, perlu ditingkatkan semangat belajar atau silaturahim ke luar negeri dengan kemampuan yang menyesuaikan.
Mengapa demikian? Menurut hemat penulis agar cakrawala berpikir kita semakin terbuka. Lebih lagi, bisa menjadikan pikiran kita semakin inklusif atau terbuka. Setidaknya, bisa memperbanyak inspirasi untuk memperkaya pikiran kita saat mau melakukan banyak hal di negara kita. Alfatihah.
Penulis: Kiai Abdullah SAM, S.Psi., M.Pd., Pengasuh Pesantren Rakyat Al-Amin