Kedelai Jambu Mente

Pesantren Rakyat

Pesantren Rakyat Al-Amin – Berawal dari WA Kyai Kaos Oblong di grup Densus Fatihah pukul 18.03, “monggo yang mau melekan. Tapi setelah kedelai digodok” bunyi WA Kyai Kaos Oblong (KKO). Kemudian “saya ke Gondanglegi” kata KKO dalam group WA tersebut, karena KKO ini walau tidak laris tergolong tidak jarang juga ngasih ceramah di kampung-kampung desa samping.

Kemudian Cak Witono Juragan Kambing, sekaligus Ketua Pokmas “Satrio Bekti Utomo” Kedung Dampar Arjowilangun Kalipare, bertanya dalam WA, dengan sok keminggris “what a clock”, katanya.

Kemudian di dalam grup ini dengan guyon, Cak Mad asal Ngadirejo, tiba-tiba muncul di WA dengan mengirim foto juragan kambing yang memegang uang ratusan satu gebok, dengan diberi caption “panen kambing”.

Tak lama kemudian Cak Wit, Juragan Kambing juga ngirim pesan dengan ada foto segelas susu segar, dengan ditulisi “nyusu rokokan beh swargo”, katanya di dalam WA.

Seperti ucapan seorang wali, tiba-tiba ada anggota grup WA Densus Fatihah mengirim pesan berupa sindiran sambil menyaut kiriman Cak Mad yang bertuliskan “panen kambing”, yaitu Pak Pen menulis “Pada jaman dahulu ono cerito legenda yoiku menungso sombong sing seneng pamer, salah sijine pamer keris empu gandring nang konco-koncone. Menungso iku dijuluki kebo ijo. Akhir ceritone terusno dewe”, canda Pak Pen, suami Bidan Desa Ngadirejo.

Pertama di grup Densus Fatihah, sejak dua jam yang lalu isinya pamer uang dan wedang susu. la dihubungkan dengan cerita kebo ijo yang dibunuh oleh persekongkolan Ken Arok, karena fitnah yang di sekenario oleh Ken-Arok, dalam memuluskan niat jahatnya untuk merebut tahta Singosari dan merebut permaisuri istri raja yang terkenal cuuuaaannntikkk, yaitu Ken Dedes.

Dan tidak berhenti disitu. Dasar seperti kebo ijo (lemuu, haha).

Sudah diingatkan sama Pak Pen, malah digawe-gawe. Pak Witono, Juragan Kambing terkaya di Kabupaten Dung Dampar, Malang ngirim foto Cak Mad makan lalapan, ada es teh di grup WA, dengan menulis “mosok ngene iki pamer”, tanyanya.

Pak Pen menjawab di grup WA tersebut “jelas tenan lek iki pamer weteng sak isine”, katanya. Kemudian, selang lima menit Cak Wit menimpali dengan “hahaha”.

Tapi kemudian Cak Mad malah gunggungan mengirim gambar lalapan yang sedang dimakan Cak Wit, ada tempe goreng, ada kemangi, ada sambel, es teh, kerupuk, mentimun. Dan yang paling menyakitkan KKO, adalah ada makanan kesukaan KKO yaitu terong goreng.

KKO dari ngaji di Gondanglegi, sendirian hanya mbatin, “Ya Allah, uwong-uwong iki posisine ning endi”, KKO mau tanya tidak enak karena takut tidak dibungkuskan.

Kemudian yang luar biasa, KKO semakin nelongso ternyata yang diajak marung adalah banyak orang, di dalam foto di WA tersebut. Ada Juragan BSM, Aris, ada Cak Mad Juragan BIO Water, Cak Wit Juragan Kambing, Cak Tom Ming Se dari Korea putranya Mbah Ran Juragan 09 Sapi. Dan paling menyakitkan adalah ternyata ada sesepuhnya Densus Fatihah yaitu Bapak Ki Winardi, Juragan Sanyo.

Kemudian KKO melihat kedelai di belakang, sambil wajah lesu, karena sebelum berangkat sudah pesan ke santri agar kedelai muda dimasak biar bisa dibuat camilan malam.

“Eeeeeehhhhh! Apa yang terjadi ternyata, kedelai satupun belum dimasak dan tetap dalam kondisi semula”, KKO mbatin. Allaaaaah.

Tidak lama kemudian, datanglah Kyai Thoyib dari kandang kambing membawa motor warna hitam dan kemudian menyapa KKO yang lagi galau memikirkan kedelai godok yang dicita-citakan.

Pak Thoyib menyapa, “dungareni kok sepi Cak”, manggil Cak ke KKO, karena memang Kyai Thoyib adalah pernah adik KKO.

Kemudian sambil omong kobot, rasan-rasan, foto-foto di grup Densus Fatihah, sambil bilang, “aku ngenteni subuh pisan, enak mari ngaji langsung turu”, KKO menjawab, “iyoo enak gak kejugrak”.

Kemudian anggota grup yang lain, Kyai Ghoib Hendra Cahyono, ngirim video aneh-aneh sambil nulis, “kok sepi”.

Cak Wit ngirim pesan “Ngluyur”. KKO dengan sigap komen “Lo..lo! Posisi dimana para bro”, kata KKO.

Baca juga: Kyai Rakyat Ngaji Santri Milenial di Masjid Besar Gondanglegi

Cak Wit menjawab dengan santai “Gadang”, pada pukul 00.36.

Tepat satu jam kemudian, 01.36, Cak Wit kirim pesan di grup WA, dengan kabar yang sangat mengesankan, maksud saya mengenaskan, yaitu dengan gambar Panther putih yang bertuliskan Pesantren Rakyat, dengan menulis “As logor nok beli”.

Di menit yang sama Pak Thoyib bilang ke KKO, Pak Wit kok dorong turuuu, karena belum memahami maksud WA, setelah dicerna ternyata, mobilnya moprot di Beli, suatu tempat yang sangat penuh mitos ghoib.

Akhirnya ditelponlah Cak Witono, Juragan Kambing oleh KKO (Kyai Kaos Oblong). Assalamualaikum.

“Wa’alaikumsalam, jawab Cak wit, wonten nopoo?” tanya KKO.

Niki moprot mobile ten Beli kaleh ngenteni Pak Win, tidak banyak diskusi. Pak Toyib dan KKO bergegas ngambil kontak mobil merah dengan kecepatan 600 km/bulan maka sampailah tujuan.

KKO turun dari mobil, dengan tetap bunyi dan lampu terus menyorot, langsung menyapa, napane? nikii cepoh jawab Pak Win. Terus kemudian semua yang ada disitu pada nggedumel, sambil cengengesan, bilang kualat-kualat.

Akhirnya saya hubungkan dengan komunikasi WA. Wah ada yang aneh ini, ternyata betul. Lha malah yang luar biasa lagi, lakok mobil ini persis di bawah pohon jambu monyet atau orang jawa bilang jambu mente. Hahahaha.

Akhirnya pada rumangsa, bahwa kejadian aneh ini yang sangat mengenaskan. Ternyata ada hubunganya dengan tulisan di WA dan kisah kedelai godok hingga jambu mente. Hahahahah.

Dan akhirnya semua berkumpul di Pesantren Rakyat, mobil putih di tinggal sendirian tanpa teman. Sebenarnya KKO takut mobilnya ada apa-apa, karena di sampingnya jembatan angker dan ada mobil besar. Takutnya mobil putih yang imut diperkosa mobil tangki besar yang berada di situ.

Kemudian, karena sangat kasihan KKO, menggodokkan kedelai sendiri, sampai mengentas dan menggotong sendiri ke depan dan akhirnya para tersangka dan korban rokoan samsu sambil makan kedelai godok dengan penuh sesal.

Cerita Kedelai Jambu Mente ini hanya fiktif nyata, tokoh dan tempat adalah nama samaran nyata. Kamis, 18 oktober 2018.(sam/red)

5 Likes

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.