Pesantren Rakyat Jagong Maton Jagong Maton: Hukum Dirancang Khusus untuk Rakyat Jelata

Jagong Maton: Hukum Dirancang Khusus untuk Rakyat Jelata

Jagong Maton, Hukum Dirancang Khusus untuk Rakyat Jelata

Pesantren Rakyat Online – Teringat Eddy Tansil atau Tan Tjoe Hong atau Tan Tju Fuan koruptor kelas kakap yang dilepaskan sipir di Lapas Cipinang tahun 1996, dengan nilai korupsi 1,3 T. Bayangkan jika disamakan dengan uang sekarang, berapa nilainya?

Selanjutnya, apa kabar kasus pembantaian di Mbah Priok? Hilangnya aktifis pada era orde baru, gimana punya kabar? Pak hakim, 135 nyawa rakyat melayang di Stadion Kanjuruhan apa Kabar? Kasus Munir pejuang HAM kabar kabur dan alhamdulillah Jenderal Sambo bebas dari hukuman mati.

Saya sebagai salah satu rakyat yang tidak mengerti fakta, dan fakta adalah netral, yang terjadi di medsos (media sosial) adalah framing. Kemudian dari hal tersebut menjadi jutaan perspektif.

Dari jutaan perspektif tersebut terdapat perspektif anak ‘ndeso’ yang tidak pernah baca koran dan nonton TV sudah hampir sepuluh tahun. Ia melihat fakta hanya dari desas desus, dari kanan kiri ketika jagongan (mengobrol, diskusi), yaitu Abdullah SAM, aktifis tingkat RT yang mencoba bersuara dari goa yang sangat dalam dan sangat lirih.

Bisa jadi suara-suara tersebut sepertinya tidak akan mungkin terdengar oleh siapapun, apalagi didengar penguasa atau istana jelas tidak mungkin. Lebih-lebih sekarang musim banter-banteran sound sistem di kampung-kampung ketika acara kirab budaya ataupun karnaval hari ulang tahun kemerdekaan, jelas malah tidak terdengar.

Baca juga: Jagong Maton: Pendidikan untuk Manusia

Tapi, saya pernah mendengar cerita dari Ustad Amin Makruf, yang bercerita tentang katak yang membawa air di mulutnya. Kemudian air tersebut disemprotkan oleh katak ke api Raja Namrud yang sedang membakar Nabi Ibrahim as. Saat itu, Nabi Ibrahim menyuarakan kebenaran di rezim yang sedang powerfull.

Satu katak yang bolak balik mengambil air tersebut ditanya sama jutaan katak yang lain. Wahai temanku, kamu tahu kan kalau api Raja Namrud ini tidak akan mungkin dipadamkan dengan jutaan air dari mulut katak, karena apinya sangat besar.

Satu katak tersebut menjawab. Iya saya tau bahwa api yang membakar Nabiyullah Ibrahim tidak akan padam. Tapi setidaknya ketika dihisab nanti, ketika hari akhir, dan aku dijadikan saksi oleh Allah swt, dalam kasus pembakaran Nabi Ibrahim, minimal saya tidak terlalu malu. Setidaknya, aku telah berbuat dengan menyemburkan air ke api Namrud.

Walau saya sadar, semburan airku tidak akan memadamkan api tapi perbuatanku setidaknya jadi amal sholehku wahai jamaah katak. Wahai warga jam’iyah katak yang mulia, paham kamu?

Terlihat, semua katak tertegun dan diam sejuta kata. Wong dasar katak.

Inilah yang perlu kita lakukan di kampung-kampung, di mushola, warung kopi, pos kampling, perempatan, FB (Facebook), Youtube, IG (Instagram), website, WA (WhatsApp), Twitter, artikel, jurnal dll. Setidaknya dengan satu kata, dua kata, kalimat, dua kalimat saja kita menyuarakan kebenaran.

Saya ingat ketika tiba-tiba Emak kita pesan saat sungkem Hari Raya Idul Fitri. “Nak, aku ngelahirno awakmu toh nyowo, loro tenan, opo sing tok lakoni kanggo bongso lan negoromu”, kata Emak.

Baca juga: Ngaji ala Jagong Maton: Berbuat Baik Tanpa Berpikir Sebab dan Akibat

Belum lagi jika kita menghadap Allah swt kemudian ditanya, “Dol piye sikapmu karo korupsi yang merajalela, piye sikapmu melihat pembodohan atas nama pendidikan. Piye responmu melihat penindasan atas nama keadilan. Piye tanggapanmu waktu urip ketika melihat pembunuhan dengan atas nama cinta”.

Aku insya menjawab, setidaknya kulo sampun membuat status ten FB dan WA dengan lantang Gusti.

“Kulo sadar Gusti kranten kulo namung cah ndeso yang katrok dan gak punya pengaruh dan kuasa Gusti”.

“Lha opo koncomu ganok sing cedak sing duwe kuwoso? Wonten Gusti, tapi kadose wes rodok oleh-olehan”, Wkwk.

Maaf jika yang salah adalah rakyat jelata, atau kroco-kroco yang salah, kalau nangkap diseret, dibentak, diadili dengan cepat. Kadang digunakan untuk menaikan gengsi dan nama pengacara, hakim dan kenaikan pangkat para bapak-bapak dan ibu-ibu sekalian.

Untuk itu, bagi bapak-bapak, ibu-ibu, saudara-saudari, sahabat-sahabati, kawan-kawan yang terhormat yang kerso membaca tulisan saya ini, kalau bisa jangan jadi rakyat jelata. Tolong, anak, saudara, teman, sahabat, kolega panjenengan sedoyo agar semua jadi pejabat teras, jadi penguasa atau pengusaha sukses agar bebas dari hukum yang sangat memberatkan.

Aku sayang sampean semua. Ini saran saya dari desa Sumberpucung di pinggir sawah yang jauh dari keramaian. Tolong jangan jadi rakyat, berat boskyiiuuu, abot.

Teman-temanku, jika panjenengan ketemu dengan anak turun katak yang menyemprotkan air ke apinya Namrud salam ya. Aku ingin kenal untuk berguru kenapa mbahnya dulu kok berani-beraninya berbuat begitu. Apa tidak takut dengan Raja Namrud? Sekian.

Ditulis oleh Kiai Sableng, Kiai Abdullah SAM, S.Psi., M.Pd., Pengasuh Pesantren Rakyat Al-Amin13 Agustus 2023

6 Likes

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.