Pesantren Rakyat Online – Selama bulan Ramadan 1444 H santri-santri Pesantren Rakyat Al-Amin diwajibkan untuk mengikuti khotmil kutub (khataman kitab). Dan sebelum liburan Ramadan dan Idul Fitri 1444 H ini, semua santri wajib menyetorkan kitab yang telah dikaji sebelumnya kepada ustaz-ustazah masing-masing di Masjid Baitul Ihsan, Rabu malam (12/4/2023).
Kitab yang dikaji dalam Ramadan kali ini berjumlah 8 kitab. Di antara kitab yang dikaji adalah Mukhtarul Ahadist oleh Pengasuh Pesantren Rakyat Kiai Abdullah SAM; Ta’lim Muta’alim oleh Ustaz Hasanuddin; Khulaso Nurul Yaqin Juz 2 oleh Ustazah Lu’lu’il Maknun; Nashoihul Ibad oleh Nyai Silfia Heni Abdullah; Fathul Qorib oleh Ustazah Inayatus Saadah; Kimiya as Sa’adah oleh Ustaz Muhammad Siddiq; Daqoiqul Akhbar oleh Ustaz Andik Miftah: dan Washoya Aba Lil Abna oleh Ustaz Zaki Fattah Karim.
Sementara itu, di Pesantren Anak turut melaksanakan hal serupa. Sejak tanggal 1 Ramadan 1444 H, santri anak yang diasuh oleh Ustaz Andik Miftah dan Ustazah Nur Rohmatun itu mengkaji sejumlah kitab. Di antaranya adalah Kitab Fasholatan oleh Ustaz Andik Miftah; Aqidatul Awam oleh Ustaz Ahmad Rizki Tediyanto; Rosun Sirah oleh Ustaz Muhammad Rifqi; dan Alala oleh Ustazah Rizki Anis Sholikhah.
Baca juga: Kantor Perwakilan BI Malang Gelar SERAMBI 2023 di Pesantren Rakyat
Keseluruhan kitab tersebut dikaji mulai awal Ramadan hingga malam 20 Ramadan. Setelah waktu pengkajian kitab selesai, semua santri wajib menyetorkan kitabnya untuk dicek atau dilegalkan oleh ustaz-ustazah masing-masing. Bagi santri yang telah kitabnya telah full akan mendapat tanda tangan dan stempel dari pengampu kitab. Dan bagi mereka yang kitabnya ‘bolong-bolong’ atau tidak full maka harus menambal serta tidak diperkenankan pulang terlebih dahulu atau harus pulang paling akhir diantara santri lainnya.
Ustazah Lu’lu’il Maknun selaku koordinator kegiatan khotmil kutub Ramadan 1444 H mengapresiasi dengan baik kegiatan ini. Beliau berharap ngaji kilatan ini bisa semakin meningkatkan kedisiplinan dan menambah ilmu santriwan-santriwati.
“Saya berharap semoga ngaji kilatan ini bisa menjadi tradisi santri sampai kapanpun”, harap Bu Luluk sapaan akrab beliau. (sev/cha)