
Pesantren Rakyat Online – Pengasuh Pesantren Rakyat Al-Amin, Kiai Abdullah SAM, menghadiri undangan Jawa Pos Radar Malang dalam kegiatan diskusi dengan tema Santri Berbudaya dan Budayawan Santri, Senin (18/10/2021). Kegiatan tersebut digelar dalam rangka memperingati Hari Santri Nasional (Hasnas) tahun 2021 dan mengenang sejarawan islam (alm) KH. Ng. Agus Sunyoto.
Pada acara yang bertempat di Kantor Radar Malang, Jl. Kawi 11 B Kota Malang ini, Kiai Abdullah SAM tak sendiri. Beliau yang juga Ketua PC ISNU Kab. Malang ini duduk bersama Walikota Malang, Drs. Sutiaji, Direktur Radar Malang, Tauhid Wijaya, Kadindik Kota Malang, Suwardjana, Dalang, Ki Ardhi Poerboantono dan Ketua PC Lesbumi, KRT Arum Fanani.
Tak hanya itu, ikut bergabung dalam diskusi adalah putra (alm) KH. Ng. Agus Sunyoto, Zulfikar dan keluarga beliau, Prof. Imron Arifin. Tak ketinggalan, cantrik dan sahabat almarhum, Abu Muslih turut memberikan perspektif dalam acara yang berlangsung sejak pukul 13.00 itu.
Dikutip dari laman nu.or.id, Kiai Agus Sunyoto adalah sosok sejarawan yang berdedikasi tinggi. Penulis buku Atlas Wali Songo ini semasa hidup beliau memberikan perspektif dan paradigma baru dalam penulisan sejarah secara komprehensif.
Lebih daripada itu, beliau adalah seorang yang sederhana yang memiliki ikatan baik dengan khalayak luas, termasuk dengan Kiai Abdullah SAM. Pendiri Pesantren Tarbiyatul Arifin yang juga menguasai 11 bahasa ini adalah salah satu pembina Pesantren Rakyat.
Berangkat dari hal tersebut, Kiai yang saat ini menjadi Wakil Direktur Pesantren Center memberikan pendapatnya dari perspektif keulamaan. Menurut beliau, setidaknya ada 5 poin inspirasi yang dapat diambil dari Kiai Agus Sunyoto.
Baca juga: PAUD Al-Amin Hadiri Pengukuhan Bunda PAUD Kecamatan dan Desa Kab. Malang

Yang pertama mengislahkan antara penganut Syeh Siti Jenar dengan penganut wali-wali lainnya. Menurut Kiai yang memiliki julukan Kiai Sableng ini, tarekat akmaliyah dan syattariyah dulunya takut muncul karena dihantam oleh pengurus struktural yang kadang tak memahami banyaknya tarekat yang ada di dunia ini.
“Mbah Agus Sunyoto ini dengan pemikirannya dapat menjadi jalan tengah antara tarekat-tarekat tadi”, ujarnya.
Selanjutnya, ada semangat membangun kesadaran kepada rakyat kecil terutama di lingkungan pesantren bahwa kamu itu adalah pendiri NU. “Terbukti dengan adanya resolusi jihad yang ada di Surabaya dibawa oleh Hadratussyekh KH. Hasyim Asyari”, tutur Kiai yang mengikuti almarhum sejak tahun 2000 itu.
Yang ketiga, beliau mampu memberi logika baru arus sejarah bangsa Indonesia. “Masyhur dimana-mana bahwa Kiai Agus Sunyoto memiliki dzauq atau intuisi yang kuat sehingga mampu melahirkan tulisan sejarah lebih mendalam”, pungkasnya.
Kemudian, Kiai Abdullah menyebut Mbah Agus ini adalah new movement Sunan Kalijaga. “Gerakan beliau ini seperti tenggelam di bawah tanah namun saat muncul mampu memberikan sesuatu”, katanya dengan mengumpamakan cerita pewayangan.
Yang kelima, Kiai Agus Sunyoto memiliki pemikiran revolusioner yang menantang arus. Tugas kita seperti dalam pemaparan Kiai Abdullah, bagaimana membumikan pemikiran beliau yang tertuang pada sapta wikrama. “Melalui Lesbumi dapat menguatkan hati masyarakat yang mulai di kafir-kafirkan oleh kelompok tertentu”, imbuhnya.
“Mbah Agus memberi epistemologi yang sangat dalam serta memberi kerangka berpikir dai-dai kader Nahdlatul Ulama secara ilmiah dan bisa menjadi pedoman”, tegas suami Silfia Heni ini.
Di akhir penjelasan, Kiai Abdullah menyebut tiga tokoh yang membuat percaya diri Pesantren Rakyat berdiri. “Gus Mus mengatakan jika ada 2000 pesantren maka ada 2000 kurikulum. Kiai Sholeh Pasuruan dengan fiqh galak gampilnya dan Mbah Agus Sunyoto saat mengatakan pendidikan yang paling liberal dan mencerdaskan adalah satu yaitu pesantren”, tutup beliau. (cha)
Reporter: Chandra Djoego